Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24 jam pertama setelah anak lahir, atau setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta (Sujiyatini, 2010). Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
1) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat) yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir.
2) Etiologi
Perdarahan Post Partum merupakan penyebab utama kematian ibu dalam persalinan (Wiknjosatro H (2008). Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum, faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage postpartum adalah atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uterus.
a) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
b) Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
c) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta 30 menit setelah anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.
d) Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahaan dengan sisa plasenta.
e) Inversio uterus
Uterus dikatakan mengalami inversio jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
0 comments
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan bijak, sopan, dan santun. termiakasih telah mampir dan membaca blog kami.