Refleksi Diri Seorang Guru PPKn di Hari Lahir Pancasila - Guru Pancasila

Sabtu, 31 Mei 2025

Refleksi Diri Seorang Guru PPKn di Hari Lahir Pancasila



 1 Juni bukan sekadar tanggal merah di kalender. Bagi saya, ini hari untuk berkaca—sudah sejauh mana saya menghidupkan Pancasila di kelas dan di hati anak-anak didik saya.

Halo, saya Eko. Sehari-hari saya mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Profesi ini bukan sekadar rutinitas, tapi panggilan hati. Dan tiap kali tanggal 1 Juni datang, hati saya seperti diajak berhenti sejenak—mengingat kembali untuk apa saya berdiri di depan kelas.

PPKn: Pelajaran yang (sering) Dianggap Biasa, Padahal Luar Biasa

Di mata sebagian siswa, PPKn itu pelajaran yang gampang—tinggal hafal sila-sila, paham tugas-tugas presiden, tahu soal pemilu, dan beres. Tapi saya percaya, kalau hanya berhenti di sana, maka PPKn kehilangan rohnya. Pelajaran ini sebenarnya bicara soal bagaimana menjadi manusia Indonesia yang baik—yang punya empati, toleransi, peduli lingkungan, bisa berdialog, dan cinta tanah air.

Jadi Cermin Nilai-Nilai Pancasila

Jujur, kadang saya sendiri merasa belum sempurna menjalankan semua nilai yang saya ajarkan. Tapi saya selalu berusaha. Misalnya, ketika menghadapi siswa dengan latar belakang berbeda-beda, saya belajar sabar, adil, dan terbuka. Karena Pancasila bukan hanya isi buku, tapi cara saya menyapa siswa, memberi umpan balik, atau bahkan sekadar mendengarkan keluh kesah mereka.

Tantangan Zaman Digital: Pancasila Harus Tampil Relevan

Anak-anak sekarang hidup di era digital. Mereka cepat tanggap, kritis, tapi juga gampang terpengaruh. Di situlah saya merasa punya PR besar. Bagaimana membuat Pancasila tetap relevan? Bagaimana membumikan nilai-nilainya di tengah TikTok, meme, dan komentar netizen yang kadang nyeleneh?

Saya tidak punya semua jawabannya. Tapi saya percaya, kuncinya ada pada pendekatan yang kontekstual—mengaitkan nilai-nilai luhur dengan kehidupan nyata mereka. Saat membahas demokrasi, misalnya, saya ajak diskusi tentang komentar netizen yang sopan vs yang kasar. Itu jauh lebih membekas daripada teori semata.

Hari Lahir Pancasila: Saatnya Menyalakan Lagi Semangat

1 Juni bagi saya bukan seremoni upacara saja. Ini momen untuk mengisi ulang baterai idealisme. Untuk kembali menyadari bahwa mengajar PPKn itu bukan pekerjaan biasa. Karena kalau saya berhasil menanam satu nilai positif saja dalam hati murid saya, itu sudah satu langkah kecil menuju Indonesia yang lebih baik.

Terima Kasih, Pancasila

Hari ini saya ingin mengucap terima kasih pada Pancasila—bukan hanya sebagai dasar negara, tapi sebagai cahaya yang membimbing langkah saya sebagai guru. Semoga saya bisa terus menjadi pembelajar, menjadi teladan, dan menjadi penyala nilai di tengah generasi muda.

Selamat Hari Lahir Pancasila. Dari ruang kelas yang sederhana, saya percaya Indonesia bisa jadi luar biasa.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

silahkan berkomentar dengan bijak, sopan, dan santun. termiakasih telah mampir dan membaca blog kami.